Minggu, 21 Februari 2016

NUR SUPRIYANTO | GUNCANGAN BERAT DI TUBUH PARTAI AKAN KALAH OLEH KUATNYA KONSOLIDASI

Nur Supriyanto dalam Rakorda PKS Kota Bekasi
Nur Supriyanto: Guncangan Berat di Tubuh Partai akan Kalah oleh Kuatnya Konsolidasi

PKSKotaBekasi.org- Bendahara Umum DPW PKS Jawa Barat, Nur Supriyanto menyatakan rasa syukur atas pertemuannya dengan para wakil partai di acara Rakorda PKS Kota Bekasi pada Minggu, (21/2) di Hotel Merapi Merbabu.

Nur Supriyanto mengatakan, bahwa kehadiran para peserta di Rakorda pastinya menginginkan konstituennya sejahtera. Karena, itulah tujuan partai didirikan.

“Konsolidasi dan koordinasi adalah sebuah kebutuhan yang sangat penting bagi organisasi, menjadi makanan sehari-hari, tidak hanya PKS,” kata Nur Supriyanto saat menyampaikan sambutan.

Ia juga menegaskan bahwa masalah pasti akan selalu ada. Guncangan berat yang datang dari luar lalu menimpa tubuh partai tidak akan menggoyahkan internal partai jika kuat konsolidasinya.

“Ketika guncangan dari luar cukup berat, maka akan semakin solid di dalam jika ada konsolidasi yang bagus,” imbuhnya.

Seperti sekarang ini PKS sudah mengagendakan banyak program. Tidak seperti ketika pusat hanya menurunkan visi dan misi. Sekarang program banyak, tapi memang ketersediaan dana yang menjadi kendala, tapi biasanya akan mengalir begitu saja.

“Oleh karena itu kebersamaan harus terus kita bangun, kita rawat bersama. Kebersamaan yang akan melahirkan kebaikan yang akan ditularkan kepada masyarakat,” ucapnya kemudian.

PKS, kata Nur Supriyanto, juga harus punya tempat yang besar untuk menampung kebaikan dan saluran yang banyak untuk menyebarkan kebaikan.

“DPW saat ini sedang menyiapkan sekolah kepemimpinan partai. Menyiapkan kader terbaik untuk dihibahkan kepada bangsa. Sehingga nantinya bukan hanya Aher, Irwan Prayitno atau Ahmad Syaikhu saja, tapi akan muncul sosok-sosok lainnya juga,” pungkasnya. (Fs)

Sumber : http://pkskotabekasi.org/2016/02/21/nur-supriyanto-guncangan-berat-di-tubuh-partai-akan-kalah-oleh-kuatnya-konsolidasi/
1

Kamis, 18 Februari 2016

DRS. H. NUR SUPRIYANTO, MM | RINGKASAN PROFIL

Drs. H. Nur Supriyanto, MM

PROFIL
DRS. H. NUR SUPRIYANTO, MM.

Drs. H. Nur Supriyanto, MM lahir di Tegal, Jawa Tengah pada tanggal 8 April 1965. Menikah dengan Dra. Ida Rustini Idrus. Saat ini telah dikaruniai anak 4 putra dan 1 putri.
Menyelesaikan pendidikannya sejak SD, SMP dan SMA di Slawi, Tegal sebuah kota Teh terbesar. S-1 diselesaikan di IKIP Jakarta, Jurusan Teknik Elektronika, sedangkan S2 Magister Manajemen diselesaikan di STIE IPWI Jakarta, saat sekarang sedang menyelesaikan program doktor (S3) bidang bisnis manajemen.

Pengalamannya sebagai Wirausaha bersama dengan rekan-rekan lainnya, mendirikan Perusahaan di bidang teknologi informasi dibawah PT Citasindo Saranatama Informatika pada tahun 1987 s.d. 1993. Dan sejak tahun 2003 hingga sekarang sebagai Direktur PT. MADANI BERKAH MANDIRI. Hati kecilnya sebagai pendidik muncul, sehingga pada Tahun 1994 s/d 2003 bergabung dengan Universitas Islam 45 (UNISMA) Bekasi, sebagai Dosen Teknik Elektro.

Aktivitasnya yang Flexibel, sejak tahun 1986 bersama dengan teman-teman yang lain aktif di bidang dakwah. Berawal dari sinilah sejak tahun 1999 bersama dengan Aktivis Dakwah lainnya bergabung bersama dalam partai politik yaitu Partai Keadilan. Sebagai Ketua DPD Partai Keadilan Kota Bekasi Sejak tahun 1999 s.d. 2001.

Pemilu 1999 menghantarkannya sebagai Anggota DPRD Kota Bekasi periode 1999 hingga 2004. Sejak tahun 2001 s/d 2005 diamanatkan sebagai ketua bidang organisasi DPW PKS Prov. Jabar sekaligus merangkap sebagai ketua Daerah DaĆ¢€™wah DPW PKS Prov. Jabar yang membawahi Bekasi – Depok. Pada periode 2005 sd 2010, sebagai ketua bidang kebijakan publik Majelis Pertimbangan Wilayah (MPW) jawa barat. Melalui Musyawarah ke tiga ( MUSWIL) pada tahun 2010, terpilih sebagai Sekretaris Umum DPW PKS Jawa barat sd tahun 2015.

Pada Pemilu 2004 diusung oleh Partai Keadilan Sejahtera (PKS) terpilih sebagai Anggota DPRD Tk.I Provinsi Jawa Barat periode 2004-2009. Jabatan yang diembanya adalah Ketua Komisi E (bidang kesejahteraan sosial, pendidikan, kesehatan) sd tahun 2009. Dan pemilu tahun 2009 yang lalu mengantarkanya sebagai anggota DPRD Propinsi Jawa Barat periode 2009 sd 2014, dan terpilih sebagai Pimpinan DPRD (Wakil Ketua DPRD) PROP. Jabar.

Karena kegigihan dan komitmennya sebagai pelayan ummat (khadimatul ummah), maka DPW PKS Jawa Barat mencalonkan kembali sebagai Caleg DPRD Tk. I Jawa Barat Daerah Pemilihan Kota Bekasi dan Kota Depok, dengan Nomor Urut 1 untuk periode 2014-2019.
0

JADWAL SIM KELILING BESERTA SYARAT DAN BIAYA


RINCIAN BIAYA PERPANJANGAN SIM:

  • SIM A = Rp 80.000
  • SIM C = Rp 75.000
  • Biaya kesehatan = Rp. 25.000


SYARAT PERPANJANGAN SIM:

  • Membawa SIM lama yang dikeluarkan oleh polresta Bekasi Kota (bukan SIM daerah / Kabupaten) yang masih berlaku tidak lebih dari 1 Tahun
  • Foto Copy KTP 3 lembar yang dikeluarkan oleh Kota Bekasi (bukan KTP daerah)
  • Mulai beroperasi mulai pukul 10.00 WIB hingga 13.00 WIB, hari Sabtu, Minggu dan hari libur Nasional tidak beroperasi
  • Akhir bulan tidak beroperasi (tutup Buku)
  • SIM keliling hanya untuk melayani perpanjangan SIM A dan C.


JADWAL SIM KELILING KOTA BEKASI

Senin | 10.00 s/d 13.00 WIB
Ruko Mitra/Belakang RS.Bella
Jl. IR. H. Juanda Bekasi Timur

Selasa | 10.00 s/d 13.00 WIB
Komsen Jatiasih
Jl.Wibawa Mukti 2 Jatiasih

Rabu | 10.00 s/d 13.00 WIB
Carrefour Harapan Indah
Jl.Raya Harapan Indah Medan Satria

Kamis | 10.00 s/d 13.00 WIB
Polpos Jatibening
Jl.Raya Caman Pondok Gede

Jum’at | 10.00 s/d 13.00 WIB
Masjid Al-Ittihad/Samping Polsek
Jl.Siliwangi Bantar Gebang

Sumber : http://infobekasi.co.id/info-kota/jadwal-sim-keliling-kota-bekasi/
0

BEKASI, KOTA BULAN YANG DIDUDUKI 5 KERAJAAN




Liputan6.com, Jakarta - Bekasi bukan kota sembarangan. Nama kota ini tercatat dalam sejarah melalui prasasti tugu tulis peninggalan Kerajaan Tarumanagara.

Asal-usul nama Bekasi secara filologis berasal dari candrabhaga. Candra berarti bulan atau sasi dalam bahasa Jawa Kuno. Dan bhaga berarti bagian. Jadi Candrabhaga berarti bagian dari bulan.

Pelafalan kata Candrabhaga kadang berubah menjadi Sasibhaga atau Bhagasasi. Namun dalam pengucapannya sering disingkat Bhagasi. Dan karena pengaruh bahasa Belanda sering ditulis Bacassie.

Di Stasiun Kereta Api Lemahabang pun pernah ditemukan plang nama Bacassie. Dan seiring waktu, kata Bacassie kemudian berubah menjadi Bekasi sampai sekarang.

Penggalian 2 Sungai

Pada masa pemerintahan Raja Purnawarman dari Kerajaan Tarumanagara, diperintahkan penggalian 2 sungai untuk kebutuhan irigasi. Dua Sungai itu yakni Sungai Candrabhaga (Kali Bekasi) dan Sungai Gomati.

Candrabhaga dan Gomati adalah 2 sungai yang terkenal di Tanah Hindu, India. Penggalian 2 sungai ini mengindikasikan mulai dibukanya lahan pertanian yang subur di daerah ini.

Selain itu, tujuan penggalian adalah mengalirkan air sungai tersebut ke laut, setelah melewati istana kerajaannya. Penggalian dilakukan pada tahun ke-22 masa pemerintahan Raja Purnawarman bulan phalguna dan caitra, bertepatan dengan bulan Februari dan April menurut perhitungan tahun Masehi.

Panjang galian 6.122 tumbak atau 11 kilometer. Diduga, saluran itu dibuat untuk mengatasi banjir yang selalu melanda daerah pertanian setiap kali hujan paling lebat melanda tanah Jawa Barat di bulan Januari dan Februari. Acara selamatan dan syukuran pun digelar para brahmana disertai pemberian hadiah berupa 1.000 ekor sapi.

Tak cuma Tarumanagara, sejumlah kerajaan lain juga pernah menjadikan Bekasi sebagai wilayahnya. Misalnya Padjajaran, Sumedanglarang (bagian dari Kerajaan Mataram), dan Jayakarta. Ada 1 lagi nama kerajayaan yang dipercaya pernah memerintah Bekasi, yakni Segara Pasir.

Dipercaya, Kerajaan Segara Pasir inilah yang pertama ada di Bekasi. Jauh sebelum Kerajaan Tarumanagara.

Berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 1950, terbentuklah Kabupaten Bekasi, dengan wilayah terdiri dari 4 kewedanaan, 13 kecamatan (termasuk Kecamatan Cibarusah), dan 95 desa. Angka-angka tersebut secara simbolis diungkapkan dalam lambang Kabupaten Bekasi dengan motto 'Swatantra Wibawa Mukti'.

Pada perkembangannya, di Kabupaten Bekasi dibentuklah Kota Administratif Bekasi pada 1981 yang seluruhnya meliputi 4 kecamatan, 18 kelurahan, dan 8 desa. (Sun)

Sumber : http://news.liputan6.com/read/2117862/bekasi-kota-bulan-yang-diduduki-5-kerajaan

0

AHMAD SYAIKHU | BEKASI, BELAJAR MENUJU KOTA HUMANIS

Pertengahan Desember 2012 saya bekesempatan mengunjungi Yayasan Zamrud Biru di wilayah Mustika Jaya. Pada waktu itu, saya bersama teman-teman memberikan bantuan kepada yayasan yang bergiat menangani orang-orang yang mengalami disabilitas mental. Pada Selasa (2/5), saya atas nama Pemerintah Kota Bekasi mengunjungi yayasan tersebut guna memberikan bantuan untuk operasional yayasan tersebut.

Dalam kesempatan tersebut saya sangat bersyukur bisa hadir di lokasi tersebut, sebuah kebahagiaan bisa belajar banyak hal dari yayasan yang dikelola Bapak Suhartono. Sebelum berbagi tentang inspirasi dari dari Yayasan Zamrud Biru tersebut, saya ingin memperkenalkan sekilas tentang yayasan tersebut.

Yayasan Zamrud Biru, sebuah lembaga kemanusiaan yang bergerak dalam bidang penanganan orang-orang yang mengalami disabilitas mental. Lembaga kemanusiaan ini dikelola secara swadaya dengan menggunakan fasilitas seadanya. Zamrud Biru menangani 40 orang yang mengalami disabilitas mental. Selama melakukan aktivitas pemulihan mental, Zamrud Biru telah berhasil menyembuhkan beberapa orang di antaranya.

Keberadaaan Zamrud Biru ini sangat berarti di tengah masyarakat Kota Bekasi. Lembaga kemanusiaan yang mampu memberikan nilai pada kemanusiaan. Memberikan dan memulihkan hak-hak anggota masyarakat yang mengalami disibilitas mental. Dengan penuh dedikasi Bapak Suhartono dan kawan-kawan telah memberikan peringatan kepada kita semua dan lebih khusus kepada Pemerintah Kota Bekasi bahwa ada hak-hak warga yang selama ini kita abaikan.

Dalam kunjungan kedua saya ke Zamrud Biru, berbagai pelajaran patut dipetik dan menjadi renungan kita bersama. Pertama, Zamrud Biru telah membuka mata kita semua, terutama Pemerintah Kota Bekasi untuk memenuhi hak-hak warga yang mengalami disibilitas mental. Apa pun kondisi mereka, Pemerintah Kota Bekasi memiliki kewajiban untuk memenuhi hak-hak mereka sebagai bagian dari keluarga besar Kota Bekasi. Lantas, upaya-upaya strategis dan taktis perlu dilakukan di masa yang akan datang untuk memenuhi hak-hak warga yang mengalami disibilitas mental.

Kedua, Zamrud Biru membuka mata hati kita sebagai manusia yang memiliki rasa empati kepada sesama. Barangkali dengan mengunjungi Zamrud Biru kita bisa memulihkan energi postif yang ada dalam diri kita. Memulihkan rasa kebersamaan yang selama ini tertutupi oleh noktah-noktah individualisme. Zamrud Biru mengajari kita untuk lebih peduli kepada sesama. Menghidupkan kembali falsafah kebersamaan dan gotong royong yang selama ini menjadi identitas kita sebagai bangsa.

Ketiga, Kegiatan sosial berbasis swadaya menjadi hal penting dalam penataan pembangunan ke depan. Pembangunan partisipatori menjadi alternatif dalam menyelesaikan berbagai problematika perkotaan. Dengan asumsi bahwa keuangan daerah yang terbatas, peran serta masyarakat dan swasta menjadi alternatif dalam mempercepat arus pembangunan. Melibatkan swasta dalam menyelesaikan berbagai problematika sosial perlu digagas dan disinergikan dengan program-program pemerintah.

Dengan tiga pelajaran tersebut, saya memiliki imajinasi jika Bekasi akan menjadi kota yang humanis. Kota yang layak untuk di huni. Kota yang menghargai nilai-nilai kemanusiaan. Kota yang mana masyarakatnya memiliki kepedulian kepada sesama. Kota yang masyarakatnya saling bahu membahu dalam menyelesaikan berbagai persoalan yang di hadapi kota ini.

Apa yang dilakukan oleh Zamrud Biru adalah cambuk bagi saya selaku salah satu stakeholder pengambil kebijakan. Dengan kepedulian yang berasal dari bawah akan menumbuhkan diaspora ditengah masyarakat kita. Dan ini adalah bibit menuju kota humanis. Selaku pemerintah daerah, berbagai dukungan akan terus kami upayakan untuk mendukung aktivitas-aktivitas kemanusiaan yang berbasis community participation. Zamrud Biru menjadi pelajaran berharga dalam mewujudkan Bekasi kota humanis. ***

*http://sosbud.kompasiana.com/2013/05/03/bekasi-belajar-menuju-kota-humanis-552484.html
0

AHMAD SYAIKHU BEBERKAN KEBIJAKAN PEMKOT BEKASI ATASI BANJIR

Bekasi – Hujan besar yang melanda kota Bekasi kemarin (25/12) membuat sebagian wilayah terkena banjir. Pemkot Bekasi sebagai pihak yang ikut bertanggung jawab memberikan komitmennya untuk menyelesaikan persoalan banjir secara bertahap.

Hal ini disampaikan Wakil Walikota Bekasi, Ahmad Syaikhu dalam akun twitternya (@syaikhu_ahmad), Rabu (25/12). Sosok yang rajin menyapa dan menjawab berbagai pertanyaan masyarakat kota Bekasi melalui media sosial ini menjelaskan kebijakan yang sudah dan akan dilakukan pemkot terkait banjir bekasi.

Ia menjelaskan, tahun 2013 Pemkot Bekasi membuat peta lidar yang mampu mendeteksi elevasi tanah sebagai dasar untuk mengatasi banjir. Selain itu kata Syaikhu, setu yang difungsikan sebagai tandon air juga akan segera dilakukan penataan.

“Setu sebagai tandon air juga akan segera ditata. Kita akan mulai dari tandon air di Pengasinan, tahun 2014 dianggarkan 4 Miliar,” tuturnya.

Untuk wilayah bekasi selatan, Ahmad Syaikhu beserta Walikota Bekasi, Rahmat Effendi juga sudah melakukan penyusuran kali Bekasi dan melihat penyelesaian tanggul di Pondok Gede Permai (PGP) dengan anggaran 16 Miliar. Seperti diketahui, pada banjir awal tahun 2013 lalu tanggul banjir di wilayah tersebut jebol.

Ia menambahkan, selain penyelesaian tanggul, normalisasi kali dan saluran juga akan dilakukan untuk mengatasi banjir. Seperti daerah Perumnas 3 yang hampir setiap tahun menjadi langganan banjir.

Karenanya, Syaikhu memberikan ucapan terima kasih kepada Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan dan Wakil Ketua DPRD Jawa Barat, Nur Supriyanto yang ikut membantu normalisasi saluran di Perumnas 3 dengan anggaran 3 Miliar. Rencananya normalisasi tersebut akan dilaksanakan pada tahun 2014.

Persoalan banjir menurutnya, bukan hanya menjadi domain pemkot bekasi. Namun juga ada kaitan dengan kebijakan Pemprov DKI jakarta. Bahkan Syaikhu mengaku saat bertemu Gubernur DKI, Joko Widodo, Pemkot Bekasi juga sudah meminta izin ke Pemprov DKI untuk membuat sodetan ke BKT di Medan Satria.

“Sayangnya, sampai sekarang izin dari Pemprov DKI tersebut belum juga keluar,” kata Ahmad Syaikhu seperti dikutif dalam twit nya.

Namun, Pemkot Bekasi tambahnya tidak kehilangan akal. Pemkot akan membuat saringan di antara perbatasan RW di Rawalumbu agar sampah tidak tertumpuk di satu titik dekat tol.

Hal ini ia tegaskan dalam agenda minggon dua pekan lalu, dimana dirinya sudah minta camat dan lurah mensosialisasikan kepada masyarakat Rawalumbu.

“Kemarin saya bertemu dengan Camat dan lurah se-Jatisampurna untuk mempersiapkan setupulo sebagai tandon air dan wisata air,” tambahnya.

Terakhir, ia mengharapkan bantuan masyarakat kota Bekasi agar tidak membuang sampah sembarangan yang akan mengakibatkan banjir Bekasi. (feb/email)

Sumber : http://www.portalpiyungan.com/2013/12/ahmad-syaikhu-beberkan-kebijakan-pemkot.html
0

Selasa, 16 Februari 2016

SEJARAH BEKASI

Penelusuran Poerbatjaraka (seorang ahli bahasa Sansakerta dan bahasa Jawa Kuno). Kata “Bekasi” secara filologis berasal dari kata Candrabhaga; Candra berarti bulan (“sasi” dalam bahasa Jawa Kuno) dan Bhaga berarti bagian. Jadi Candrabhaga berarti bagian dari bulan. Pelafalan kata Candrabhaga kadang berubah menjadi Sasibhaga atau Bhagasasi. Dalam pengucapannya sering disingkat Bhagasi, dan karena pengaruh bahasa Belanda sering ditulis Bacassie (di Stasiun KA Lemahabang pernah ditemukan plang nama Bacassie). Kata Bacassie kemudian berubah menjadi Bekasi sampai dengan sekarang.

Candrabhaga merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara, yang berdiri sejak abad ke 5 Masehi. Ada 7 (tujuh) prasasti yang menyebutkan adanya kerajaan Tarumanagara yang dipimpin oleh Maharaja Purnawarman, yakni Prasasti Tugu (Cilincing, Jakarta), Prasasti Ciaruteun, Prasasti Muara Cianten, Prasasti Kebon Kopi, Prasasti Jambu, Prasasti Pasir Awi (ke enam prasasti ini ada di daerah Bogor), dan satu prasasti di daerah Bandung Selatan (Prasasti Cidangiang).

Diduga bahwa Bekasi merupakan salah satu pusat Kerajaan Tarumanagara (Prasasti Tugu, berbunyi : ..dahulu kali yang bernama Kali Candrabhaga digali oleh Maharaja Yang Mulia Purnawarman, yang mengalir hingga ke laut, bahkan kali ini mengalir disekeliling istana kerajaan. Kemudian, semasa 22 tahun dari tahta raja yang mulia dan bijaksana beserta seluruh panji-panjinya menggali kali yang indah dan berair jernih, “Gomati” namanya. Setelah sungai itu mengalir disekitar tanah kediaman Yang Mulia Sang Purnawarman. Pekerjaan ini dimulai pada hari yang baik, yaitu pada tanggal 8 paro petang bulan Phalguna dan diakhiri pada tanggal 13 paro terang bulan Caitra. Jadi, selesai hanya 21 hari saja. Panjang hasil galian kali itu mencapai 6.122 tumbak. Untuk itu, diadakan selamatan yang dipimpin oleh para Brahmana dan Raja mendharmakan 1000 ekor sapi…). Tulisan dalam prasasti ini menggambarkan perintah Raja Purnawarman untuk menggali kali Candrabhaga, yang bertujuan untuk mengairi sawah dan menghindar dari bencana banjir yang kerap melanda wilayah Kerajaan Tarumanagara.

Setelah kerajaan Tarumanagara runtuh (abad 7), kerajaan yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap Bekasi adalah Kerajaan Padjadjaran, terlihat dari situs sejarah Batu Tulis (di daerah Bogor), Sutarga lebih jauh menjelaskan, bahwa Bekasi merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Padjadjaran dan merupakan salah satu pelabuhan sungai yang ramai dikunjungi oleh para pedagang. Bekasi menjadi kota yang sangat penting bagi Padjadjaran, selanjutnya menjelaskan bahwa: “..Pakuan adalah ibukota Kerajaan Padjadjaran yang baru. Proses perpindahan ini didasarkan atas pertimbangan geopolitik dan strategi militer. Sebab, jalur sepanjang Pakuan banyak dilalui aliran sungai besar yakni sungai Ciliwung dan Cisadane. Oleh sebab itu, kota-kota pelabuhan yang ramai ketika itu akan mudah terkontrol dengan baik seperti Bekasi, Karawang, Kelapa, Tanggerang dan Mahaten atau Banten Sorasoan…”

Demikianlah, waktu berlalu, kerajaan-demi kerajaan tumbuh, berkembang, mengalami masa kejayaan, runtuh, timbul kerajaan baru. Kedudukan Bekasi tetap menempati posisi strategis dan tercatat dalam sejarah masing-masing kerajaan (terakhir tercatat dalam sejarah, kerajaan yang menguasai Bekasi adalah Kerajaan Sumedanglarang, yang menjadi bagian dari Kerajaan Mataram). Bahkan bukti-bukti mengenai keberadaan kerajaan ini sampai sekarang masih ada, misalnya : ditemukannya makam Wangsawidjaja dan Ratu Mayangsari (batu nisan), makam Wijayakusumah serta sumur mandinya yang terdapat di kampung Ciketing, Desa Mustika Jaya, Bantargebang. Dimana baik batu nisan maupun kondisi sumur serta bebatuan sekitarnya, menunjukkan bahwa usianya parallel dengan masa Kerajaan Sumedanglarang. Demikian pula penemuan rantai di Kobak Rante, Desa Sukamakmur, Kecamatan Sukakarya (konon katanya, daerah Kobak Rante adalah daerah pinggir sungai yang cukup besar, hingga mampu dilayari kapal. Jalur ini sering digunakan patroli kapal dari Sumedanglarang.
0